Pages

Monday, March 17, 2014

Masihkah Anda Pondokkan Anak Jauh dari Anda Sejak Kecil?

Dicopy dari tulisan Al Akh Sigit Hermawan..

Disebuah ma'had ketika waktunya shalat, saya ikut shalat di masjid tersebut. Pemandangan yang mengagetkan, ternyata banyak sekali anak-anak usia dini dibawah 13 tahun yang pada mondok disana. Sebagian mereka berdomisili di luar kota yang jaraknya cukup jauh. Baguskah mondok di usia dini, jauh dari orang tua?

Beberapa catatan yang saya kumpulkan dari tulisan beberapa praktisi dan orang tua dibawah ini bisa kita cermati. Mungkin diantara kita ada yang berbeda pandangan, tetapi marilah kita diskusikan dengan baik dengan cara yang paling baik.


Pertama: Istri seorang ustadz
"Afwan, sedikit sharing buat ikhwah sekalian yang hendak memondokkan
anak-anak antum ke pesantren.
Berdasarkan pengalaman dari istri ana yang pernah mengajar di salah satu
ma'had ternama di Indonesia, ahsan sebaiknya jangan memondokkan anak-anak
antum yang masih usia dini tanpa pengawasan ketat dari antum. Maksudnya,
carilah ma'had yang terdekat dari tempat tinggal antum. Dimana anak-anak
antum masih bisa melihat antum setiap hari dan antum juga bisa mengawasi
mereka setiap hari
Anak-anak walau bagaimanapun masih sangat membutuhkan kasih sayang dan
perhatian dari antum sebagai orang tuanya, terutama juga masalah perawatan,
kebersihan dan gizi anak-anak antum, jangan disepelekan.
Jangan hanya melihat keberhasilan pendidikan anak-anak antum dari banyaknya
hafalan yang ia miliki atau dari fasihnya lidahnya dalam berbahasa arab atau
dari banyaknya kitab-kitab yang telah ia hafal tapi juga lihat aspek
psikologisnya, ruhiyahnya, akhlaqnya..semu
anya satu kesatuan yang harus kita
perhatikan dan tidak bisa terwujud apabila kita menyerahkan begitu saja pada
ma'had tanpa andil dari diri kita."

Kedua: Keluarga Muda

"Ana teringat ketika anak ana sudah masuk usia sekolah, kurang lebih usia7
tahun, dan trend salafiyyun di kota kami yaitu memondokkan anaknya yang
berusia 7 tahun. Namun bagi kami sangat teramat berat untuk memondokkan anak
berusia 7. Dengan sedikit bekal ilmu pendidikan yang kami miliki, kami
berkesimpulan ada satu elemen penting yang hilang dalam sistem pendidikan yang
menerapkan mondok pada usia dini. Elemen tersebut bernama kasih sayang
orangtua. Namun tentu saja bukan hanya elemen tersebut yang kami pikirkan namun
keselamatan aqidah dan manhaj anak kita harus tetap diprioritaskan dan dijaga
sampai akhir hayat."

Ketiga: Guru

"Yang lebih parah lagi, si anak yang baru berusia 5 sampai 13 tahun sudah dititipkan ke Pesantren Anak. Emang sih niatnya bagus, tapi tolong jangan kebablasen. Hampir 90% anak didik saya usia SD (kelas 1-6) yang tinggal di pesantren, lebih nakal, lebih ndablek, Kotor, nggak terawat, persis seperti anak terbuang.

Maaf, agak keras. Kesalahan boleh saja ditimpakan pada pengurus Pondok Pesantren, tapi kesalahan paling mutlak ada Bapak-Ibunya si santri. Anak usia 5 – 13 tahun sangat membutuhkan kasih sayang orang tua dan pastinya belum bisa mandiri. Itu adalah masa emas kedua dalam tumbuh kembang terutama karakter.

Harus ada semacam Undang-Undang atau peraturan yang khusus mengatur usia berapa anak boleh dibuang dititipkan ke Pondok Pesantren. Jangan seenak udelnya mengatasnamakan demi agama, anak usia 5 tahun, bahkan ada yang berusia 3tahun sudah dipondokkan. Lha terus mana tanggung jawab orang tua?"

Keempat: Peneliti

"Salah satu ilmu bergizi saya peroleh dari Farid Poniman, seorang yang mendalami tentang kerja otak manusia. Beliau ini sengaja berguru hingga S-3 di Malaysia untuk memperdalam ilmunya. Intisari ilmu yang saya peroleh darinya adalah, “Jangan asramakan anakmu sebelum usianya lebih dari 12 tahun.”

Menurut beliau, anak-anak di bawah usia 12 tahun gelombang otaknya harus dominan gelombang Alpha. Mereka harus lebih banyak bermain, bergembira, dan belajar dengan cara yang menyenangkan serta sering mendapat pelukan dari orang tuanya. Pilihlah sekolah yang tidak terlalu banyak memberikan PR (pekerjaan rumah). Dan jangan sekali kali anak-anak di bawah 12 tahun dikirim ke Asrama termasuk pesantren sekalipun. Bila Anda lakukan ini, Anda menghancurkan masa depan mereka.

Anak-anak masih mudah depresi menghadapi lingkungannya, dan saat ini terjadi ia harus mendapat pelukan dari orang tuanya. Hal tersebut sejalan dengan riset yang dilakukan University of Bologna di Italia yang menyarankan kita untuk memberikan pelukan pada anak yang sedang mengalami masalah dan depresi.

Menurut hasil riset itu ternyata pelukan lebih efektif ketimbang obat-obat antidepresi. Ini terlihat pada anak-anak yang mengalami depresi dan diberikan obat antidepresan, ternyata mereka memiliki kecenderungan untuk kembali depresi. Hal berbeda terjadi pada anak yang didampingi orangtuanya untuk melalui periode depresi. Bahkan hanya dengan pelukan hangat dari kedua orangtuanya, anak yang mengalami depresi bisa lebih percaya diri untuk menyelesaikan masalah.

Hasil penelitian di Duke University dan University of Adelaide di Australia juga menyatakan bahwa pelukan dan sentuhan bisa memicu perubahan kemiawi otak. Perubahan itu berupa peningkatan kadar inteleukin 10, yakni sejenis molekul di otak yang menghambat efek berbagai jenis narkoba. Dengan kata lain, anak-anak yang sering mendapat pelukan tidak akan mudah terkena narkoba dan hal-hal negatif lainnya.

Niat baik orang tua yang mengirimkan anaknya ke asram atau pesantren sebelum usianya 12 tahun kemungkinan besar akan berdampak buruk bagi pertumbuhan anak itu di masa depan. Boleh jadi ia hebat saat ini, boleh jadi ia telihat gembira saat ini. Tetapi di masa tua peluang menjadi “trouble makernya” sangatlah besar.

Jadi, boleh percaya atau tidak, tapi saran saya jangan coba-coba mengirimkan anak Anda ke asrama sebelum usianya 12 tahun. Seperti pesan iklan obat gosok, “Untuk anak kok coba-coba….” "

Kelima: Kata yang jauh dari orang tua

"sekedar informasi dari orang yg sejak kecil jauh dari orangtua (bukan asrama, tapi ikut kerabat), ketika dewasa ada ruang KOSONG di hati."

"Saya sangat sependapat dgn tulisan pak jamil,pengalaman sy dari bayi sering jauh dari org tua (sy dititip sm nenek) bahkan tamat SD sy dimasukkan pesantren,sy mmg tumbuh jd anak yg mandiri,lbh menonjol di bidang akademis sewaktu sekolah,tetapi saat dewasa saya hanya menjadi org yg tdk percaya diri,tdk bisa berani bertindak yg sebenarnya sy mampu,sy menjadi manusia dewasa yg rapuh,saya sadar kurangnya kasih sayang dan pelukan sewaktu kecil mmg sgt berpengaruh thd pembentukan karakter ssorg,dan sy bertekad tdk mau mengulangi kesalahan yg sama,saat ini sy sdh memiliki seorang anak,sy bertekad
Akan memberikan perhatian yg maksimal dan selalu mendampinginya,terima kasih pak atas ilmuNya,semoga bermanfaat bagi semua org tua demi penerus masa depan yg lbh baik".

Keenam: Seorang Ibu

"Dulu aku menganggap pendidikan di sebuah pondok pesantren (apalagi yang bermanhaj salaf) adalah yang terbaik. Sebelum mempunyai anak, bahkan ketika anakku masih di kandungan dan berusia 1 tahun, aku ingin sekali memasukkan anakku ke pondok pesantren sejak dini. Siapa coba orang tua yang tidak ingin anaknya menjadi ulama? Bisa menghafal aQur'an dan hadits sejak dini. Mengenal sunnah dan berakhlaq mulia seperti para salafush shalih. Itu cita-cita hampir semua orang. Ingin anaknya menjadi anak shalih. Dulu aku beranggapan kehidupan dan pendidikan pondok sangat potensial untuk membentuk anak menjadi seorang ulama.

Tetapi... setelah banyak sharing dengan para orang tua yang memondokkan anaknya, membaca tulisan seorang ustadzah tentang dilema anak kecil dipondokkan, dan mendapat nasehat dari teman-temanku yang sekarang berkecimpung di sebuah pondok aku menganggap pondok bukan tempat terbaik buat anakku di usia dini. Banyak kekhawatiran menyelimuti pikiranku ketika membayangkan memasukkan anakku ke pondok di usia SD bahkan TK. Kurasa anak-anakku juga belum cukup mandiri untuk bisa hidup di sebuah pondok. bagaimana jika dia sakit, kena scabies, pakaiannuya kotor, nggak cocok dengan menu masakan di pondok... wah... benar-benar bukan pilihan yang tepat menurutku."

"Ada satu hal yang sampai sekarang aku ingat sebuah perkataan seseorang (aku lupa dimana membacanya...), Rezeki kita sudah ditentukan, kalau kita tidak mendapatkannya sekarang, pasti akan mendapatkannya di masa datang. Tetapi masa kecil anak kita tidak akan pernah terulang, jika kita melewatkannya, kita tidak akan pernah bisa melihatnya."

Ketujuh: Beberapa guru

"Karena hidup di pesantren bukan hanya untuk mengasah kemampuan intelektual, tentu orang tua harus mempertimbangkan kondisi fisik dan psikis anak. Sebab jika terlalu dini, bisa jadi anak masih sangat memerlukan belaian orang tua.

Menurut Ratna, sebaiknya mengirimkan anak ke pondok jangan kurang dari usia dua belas tahun. Sebab dalam hematnya, usia SD adalah masa orang tua untuk menekankan nilai dasar kehidupan yang bisa dikembangkan dan menjadi pegangan anak saat berhubungan sosial di pesantren. “Itu usia terbaik anak untuk menyerap model orang tuanya, dan menanamkan nilai, hingga terbentuk perilaku yang dinginkan orang tua pada anak,” tandas pengajar Fakultas Psikologi Universitas Tujuh Belas Agustus (Untag) Surabaya dalam wawancara melalui telepon pada 03/06/2009.

Pandangan ini didukung oleh Dra. Srisiuni Sugoto, M.Si, dosen psikologi perkembangan Universitas Surabaya (Ubaya), bahkan lebih tegas. Sebab ia tidak setuju bila anak usia SD dan SMP dilepas dari orang tua. Siuni mengutip teori bioekologi yang dilansir Broven Baner. Seperti mikrosistem, individu yang ada di meso sistem yaitu significant person, baik orang tua, kakek, nenek, paman, dan sebagainya harus memberikan kasih sayang dan teladan pada anak usia itu. Ibu menjadi teladan bagi anak perempuan dan Ayah bagi laki-laki.

“Bayangkan jika masih kelas 1 SD dipondokkan, siapa yang akan menjadi role model. Okey lah, kyainya. Tapi apa betul kyainya bisa mengayomi dan memberikan kasih sayang ke seluruh santrinya? Maka menurut saya, anak SD dan SMP jangan dulu,” cetus ibu dari dua anak itu. "

Kedelapan: Konsultasi

"Jawaban yang tepat adalah ketika anak belum dewasa, sebaiknya ia tidak jauh dari ibunya. Beberapa hadits telah menyinggung hal ini seperti,

عَنْ أَبِى عَبْدِ الرَّحْمَنِ الْحُبُلِىِّ عَنْ أَبِى أَيُّوبَ قَالَ سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- يَقُولُ مَنْ فَرَّقَ بَيْنَ الْوَالِدَةِ وَوَلَدِهَا فَرَّقَ اللَّهُ بَيْنَهُ وَبَيْنَ أَحِبَّتِهِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ »

Dari Abu ‘Abdirrahman Al Hubuliy, dari Abu Ayyub, ia berkata: Aku mendengar Rasulullah shalallahu alaihi wa sallam berkata, “Barangsiapa memisahkan antara ibu dan anaknya, maka Allah akan memisahkan dia dan orang yang dicintainya kelak di hari kiamat.” (HR. Tirmidzi no. 1283. Abu Isa At Tirmidzi mengatakan bahwa hadits ini hasan ghorib. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits tersebut hasan).

عن عبادة بن الصامت رضي الله عنه ، يقول : نهى رسول الله صلى الله عليه وسلم أن يفرق بين الأم وولدها . فقيل : يا رسول الله إلى متى ؟ قال : « حتى يبلغ الغلام ، وتحيض الجارية »

Dari Ubadah bin Shamit, Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam melarang memisahkan antara ibu dan anaknya. Ada yang bertanya pada beliau, “Wahai Rasulullah, sampai kapan?” “Sampai mencapai baligh bila laki-laki dan haidh bila perempuan,” jawab beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam. (HR. Al Hakim dalam Mustadroknya. Al Hakim berkata bahwa hadits tersebut sanadnya shahih dan tidak dikeluarkan oleh Bukhari-Muslim).

Hadits-hadits di atas sebenarnya membicarakan tentang hadhonah yaitu pengasuhan anak ketika terjadi suami-istri bercerai, siapakah yang berhak mengasuh anak tersebut. Namun hadits itu mengandung faedah lainnya. Hadits tersebut berisi penjelasan bahwa sebaiknya anak tidak jauh dari ibu atau orang tuanya ketika usia dini. Karena usia tersebut, anak masih butuh kasih sayang orang tua, terutama ibunya. Dan jika anak terus dididik oleh orang tua, itu lebih manfaat dibanding dengan menyerahkannya ke sekolah atau ke pihak pondok pesantren. Sehingga tidak tepat ketika anak belum dewasa, anak sudah dipondokkan dan jauh dari orang tua. Pilihan terbaik adalah anak tetap dekat orang tua dan ia disekolahkan di sekolah sekitar rumahnya dengan tetap orang tua memperhatikan pendidikan agamanya. Wallahu a’lam.

Bersambung.... Sambungan insya Allah berisi kesimpulan, saran dan apa yang perlu kita lakukan.

40 comments:

  1. Sebenarnya gak bisa digebrak uyah. Maksudnya........ Gak sama gak rata. Tergantung banyak faktor. Jika ayah dan ibu sibuk mencari dunia (karena himpitan ekonomi/ butuh uang), apakah kita bilang bahwa anak ditinggal di rumah bersama baby sitter dan TV lebih baik daripada di pesantren?????

    Jika keluarga bermukim di tempat yang kesyirikannya kental dan anak-anak kampung syirik semua serta mengajarkan kesyirikan. Apakah kita bilang penderitaan anak ketika kecil sampai dewasa tapi bertauhid lebih baik daripada kebahagiaan sampai tua tapi mati kekal di neraka????

    Tapi sebaliknya. Jika ayahnya menikahi wanita yang berilmu. Jika ayahnya bekerja keras dan cerdas mencari nafkah yang cukup untuk keluarga sehingga istrinya bisa konsentrasi mengurus anak dengan dibantu oleh para pembantu yang mengurusi pekerjaan rumahan. Jika ayahnya memilihkan tempat tinggal yang bernuansa tauhid bahkan sunnah sangat nampak. Apakah alasan kita untuk memasukkan anak ke pesantren??? Masalahnya..... Kaum ayah.... mengapa engkau tidak melakukan itu????

    ReplyDelete
    Replies
    1. Assalamu'alaikum mohon maaf,hadist di atas tidak tepat, kalau,di kaitkan dengan orang tua yang menitipkan putra putrinya ke pondok

      Delete
    2. Maka dari itu bangunlah rumah tangga yang benar menurut Islam, pemimpin adalah suami si pencari nafkah, istri mensuport dg menenangkan suami bahwasanya di rumah anak2 ada yg menangani, sehingga suami tenang dan totalitas dlm bekerja.
      Tapi kebanyakan sekarang semua cinta dunia, takut susah sehingga tidak sedikit rumah tangga isinya terbakik, istri overtime suami yang di rumah. Apakah rosulullah mencontohkan demikian.
      Kembali kan ke fitrahnya masing2. Suami sebagai imam dan istri sebagai makmu juga anak2.

      Delete
  2. Tergantung kondisi masing2 karena bagi orang yang mampu mendidik anaknya bisa jadi ikut ortunya lebih baik. Kalau ikut ortunya ternyata ortunya bukan contoh yang baik, belajar di pondok sebagai solusinya.

    ReplyDelete
  3. Tergantung kondisi masing2 karena bagi orang yang mampu mendidik anaknya bisa jadi ikut ortunya lebih baik. Kalau ikut ortunya ternyata ortunya bukan contoh yang baik, belajar di pondok sebagai solusinya.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Betul... lebih baik Orang tua yang demikian sebaiknya yg diberikan pengertian dan ilmu agar dia mampu menjalankan tugas dan kewajibannya.. khawatir nti banyak ortu yg melepaskan tanggung jawab nya kepada orang lain...

      Delete
    2. Betul... lebih baik Orang tua yang demikian sebaiknya yg diberikan pengertian dan ilmu agar dia mampu menjalankan tugas dan kewajibannya.. khawatir nti banyak ortu yg melepaskan tanggung jawab nya kepada orang lain...

      Delete
    3. Lebih baik sakit berpisah skrg dr pada dy rusak diwaktu dewasa dan itu tanggung jawab seorg ibu sgt besar dialam kubur, saat anak melakukan zina ibu dibawakan krikil panas dan digenggam ditangannya,bukan jahat atau hilang tanggung jawab, itu hanya didunia, tpi tanggung jawab diakhirat lebih besar

      Delete
  4. This comment has been removed by the author.

    ReplyDelete
  5. yg dipikir dunia, maka memasukkan anak ke pesantren disesali.
    menyesal saya membaca tulisan Fetri.

    ReplyDelete
  6. assalamualaikum. kbtuln sy ingin brtanya bagaimana jika anak yatim piatu berumur 8 th yg hanya tinggal brsma kaka dan kakek nenek nya? sy sbgai seorang kaka merasa bingung hendak memasukkan adik sy laki" ke psntren atau tdk stlh membaca artikel di atas, krna sy jg msh 18 th, sy mrasa tdk ada metode cra mndidik yg tepat utk adik sy krna dy smkin dimanjakan oleh kluarga sy. mnurut anda apakah lbih baik dimsukan psntren atau tdk ya? trimksih, wassalamualaikum.

    ReplyDelete
  7. Suatu dilema...ank yg blm di masukan ke ponpes stlh lulus SD cendrung nntinya akan menjadi ank yg nakal dan akhlaknya g karuan. Faktor yg membuat itu adalah Gadjet dan sarana internet dan lingkungan .

    ReplyDelete
  8. Assalamualaikum ,Ada yg punya info pesantren yang cocok untuk putri saya umurnya baru 11 tahun kelas 5 SD,tapi karena saya bercerai anak saya berubah menjadi bandel ,mohon informasinya terima kasih

    ReplyDelete
  9. Assalamualaikum ,Ada yg punya info pesantren yang cocok untuk putri saya umurnya baru 11 tahun kelas 5 SD,tapi karena saya bercerai anak saya berubah menjadi bandel ,mohon informasinya terima kasih

    ReplyDelete
  10. This comment has been removed by the author.

    ReplyDelete
  11. Setuju tdk pondokkan anak kita di usia dini. Tapi usia SMP, menurut saya pantas u: di pesantrenkan terlebih usia SMP rawan terjebak pada pergaulan yg menyimpang. Coz cakupan teman2nya lebih luas dr SD.SO kemungkinan pergaulan2 menyimpang banyak meliputi anak2 kita.

    Bismillah kami niat pesantrenin anak2 ba'da lulus SD.

    ReplyDelete
  12. Setuju tdk pondokkan anak kita di usia dini. Tapi usia SMP, menurut saya pantas u: di pesantrenkan terlebih usia SMP rawan terjebak pada pergaulan yg menyimpang. Coz cakupan teman2nya lebih luas dr SD.SO kemungkinan pergaulan2 menyimpang banyak meliputi anak2 kita.

    Bismillah kami niat pesantrenin anak2 ba'da lulus SD.

    ReplyDelete
  13. Ada bener jg sih. Jk kondisi rmh tangga dn lingkungan kindusif dlm artian syiar agama sangat kental dn terjaga mk menunda memasukkan ke pesantren adalah pilhan yg bijak. Jika pondasi kejiwaan anak sudah pas dn tepat mk masuk pondok pilihan yg tepat. Tp sebaiknya diberi pengertian pd anak knp dia dimasukkan ke pondok dn dijelaskn pula ( agreement ) qt sbg ortu akan srg srg jenguk, ini agar perasaan memliki ke ortu msh ada dn lekat begitupun sebaliknya..bagi ortu itu tanggung jawab moral. Tdk dilepas begitu aja ke pihak pondok.

    ReplyDelete
  14. Buat lah pesantren menjadi rumah ke dua bagi si anak... dan walau di pesantren bukan berarti org tua lepas sama sekali..kasih sayang tetap penuh kita berikan... jadi bukan alasan krn masih usia SD untuk tidak men sekolah kan anak di pondok pesantren..

    ReplyDelete
  15. Anak berhak mendapat pendidikan dan suri tauladan yang baik dari orangtua dan sekitarnya. Dan orangtua wajib memberikan itu. Itu prinsipnya. Bila orangtua mampu memberikan teladan dan lingkungan rumah yang baik, hafalan Qurannya nambah, perkembangan akhlaknya tambah baik, pergaulan lingkungannya baik, maka anak seusia SD lebih bagus masih dipegang orangtua. Namun bila kedua orangtuanya sibuk kerja. Anak dibiarkan nonton TV seharian, pegang HP seharian. Hafalan Quran gak pernah nambah. Lingkungannya juga cuma main games online, dan aktifitas lain yang gak bermakna, maka memasukkan Pesantren in sya Allah lebih baik hasilnya. Namun orangtua wajib sering menjenguk, sering memeluk anaknya saat menjenguk, mendengarkan keluh kesah secara serius dst. Dan "wajib merawat" kondisi psikologis anak. Tanamkan pemahaman bahwa anak dimasukkan pesantren karena orangtua sayang dan ingin kamu jadi anak solih solihah. Jadi anak yang baik akhlaknya. Bila ada anak alumni pesantren yang justru menjadi nakal, maka itu hanya oknum. Yang nakal dari alumni non pesantren juga ada, bahkan jauh lebih banyak. Prinsipnya, saat anda memasukkan anak ke pesantren orangtua wajib "MERAWAT" psikologis anak. Tanamkan pemahaman bahwa anak dimasukkan pesantren krn orangtua ingin kamu jadi anak yang baik dan sukses dunia akherat. WAllahu A'lam

    ReplyDelete
  16. Kenapa orang yang tidak lulus SD atau hanya sampe kelas 3 SD tidak Di Terima mondok Di pesantren

    ReplyDelete
  17. MENANGISLAH SEKARANG

    Pesan KH. HASAN ABDULLAH SAHAL, pimpinan pondok gontor untuk para orangtua yang melepas putra-putrinya untuk menuntut ilmu.

    "Kalau mau punya anak bermental kuat, orangtua-nya harus lebih kuat, punya anak itu jangan hanya sekedar sholeh tapi juga bermanfaat untuk umat, orangtua harus berjuang lebih ikhlas.. ikhlas.. ikhlas".

    Anak-anak mu di pondok pesantren gak akan mati karena kelaparan, gak akan bodoh karena gak ikut les ini dan itu, gak akan terbelakang karena gak pegang "gadget". Insya Allah Anakmu akan dijaga langsung oleh Allah karena sebagaimana janji Allah yang akan menjaga Alqur'an..yakin.. yakin..dan harus yakin.

    Lebih baik kamu menangis karena berpisah SEMENTARA dengan anakmu untuk menuntut ilmu agama, dari pada kamu nanti "yen wes tuwo nangis karena anak-anak mu lalai urusan akhirat.. kakean mikir ndunyo, rebutan bondo, pamer rupo..lali surgo.." (kalau sudah tua menangis karean anak2 kamu lalai thdp urusan akhirat....kebanyakan memikirkan urusan dunia, berebut harta, pamer rupa wajah...lupa surga)

    “Jadi wali santri itu harus punya 5 sifat dan sikap, yaitu T.I.T.I.P."

    1.Tega
    Harus tega… harus tega… harus tega… harus percaya kalau di pesantren anakmu itu dididik bukan dibuang. Harus tega, karena pesantren adalah medan pendidikan dan perjuangan…

    2.Ikhlas
    Harus ikhlas…harus sadar kalau anakmu itu tidak akan dibiarkan terlantar… harus ikhlas anakmu dididik, dilatih, ditempa, diurus, ditugaskan, disuruh hafalan, dan sebagainya… kalau merasa anakmu dibuat nda senyaman hidup dirumah… ambil anakmu serkarang juga..!

    3.Tawakkal
    Setelah itu serahkan sama Allah. Berdoalah! Karena pesantren bukan tukang sulap, yang bisa merubah begitu saja santri-santrinya… maka berdoalah…

    4.Ikhtiar
    Dana dan do'a. Ini adalah kewajiban. Amanat.

    5.Percaya
    Percayalah bahwa anak kalian ini dibina, betul-betul DIBINA. Apa yang mereka dapatkan disini adalah bentuk pembinaan. Jadi kalau melihat anak-anakmu diperlakukan bagaimanapun, percayalah itu adalah bentuk pembinaan. Itu adalah pendidikan.

    Jadi, jangan SALAH PAHAM !
    Jangan SALAH SIKAP !
    Jangan SALAH PERSEPSI !

    Mereka itu beribadah dengan menuntut ilmu
    Mereka selalu diajarkan untuk mendoakan ibu-bapaknya.
    Mereka pergi untuk kembali.
    Bertemulah jarang-jarang agar CINTA makin berkembang.

    ReplyDelete
  18. Maaf unruk saya pribadi belum sanggup mendidik anak yang lebih baek dn bermanfaat,maka dari itu saya sngat yakin pesanyrenlah tempat yang pas buat anak2 saya,dn alhamdulillah keluarga istri juga semua daei pesantren,kesimpulanya sy tidak setuju dengan aerikel di atas,hturnuhun

    ReplyDelete
  19. Tergantung situasi dan faktor kehidupan,Misal single mom yang telah ditinggal suami/Bercerai,ortu sudah tidak ada,kebutuhan ekonomi tidak dipungkiri,anakpun bukan hanya butuh kasih sayang,tapi butuh biaya.

    Kalau di titip sama baby sitter,nonton TV terus ,apa bagus ?

    Artinya lihat kondisi yang saya sebutkan diatas,kalau ayah dari anak2 berpenghasilan cukup dan ibunya tak harus banting tulang kerja,alangkah baiknya anak2 bersama keluarga.

    Terima kasih

    ReplyDelete
  20. adakah pondok pesantren usia 3 tahun 3 bulan soalnya yang momong skrg anak saya ngomongnya kotor seperti anjing,,ngentot dll jadi tolong bantu masukannya dan sarannya agar saya bisa mendidik lebih baik terima kasih

    ReplyDelete
  21. anak sy jg Di pondok.usia.5tahun.6bln.memang berat sampe sy tiap malam nangis rasanya pengen mengambil.anaknya digondol kangen.tp.kalo.lihat positifnya ank2 q hrs.lebih.baik.agamanya,imannya.dr.ortu.nya!!ppsitif thinking z anak 2 qt.disana.senang dan.bahagia krn.bnyak teman.sebayany

    ReplyDelete
    Replies
    1. Bener .itu yg sy rasakan tp sy ykin ank sy lbh baik di pesantren serahkan smwny kepada ALLAH .karna DIA lh yg maha pencipta dn kita telah dipilih dengn menitipkan seorang anak kepada kita.jd knp kita harus ragu untuk menitipkan ank kita di pondok

      Delete
  22. Artikel di atas kurang tepat .saya juga kurang setuju..ya tp beda pikir masing masing sih...( orang tua itu harus korbankan anaknya demi menyelamatkan di akhirat nanti .ingatt nabi ibrahim ingin sembelih anaknya ismail .karna allah apa ia tega menyembelih ?? Maka lahirlah idul adha atau hari kurban .tenang ponpes itu ladang dunia dan akhirat semua pendidikan ada disana terutama salafi ) ingin anak kita punya etika dan sopan santun ? Dari kecil harus mondok . Klo sudh gede susah dan gak mau karna pikir dewasanya sudh berat apalagi lingkungan terutama sosial media . (Ayo tega ayo selamatkan ) sebelum terlambat .

    ReplyDelete
  23. menurut saya pemahaman penulis ttg mendidik anak dan mondok kurang tepat...yg pasti mendidik anak itu harus lurus niatnya karna Allah taala...tp mondok karna ngarapin anak di jaga dirawat disayang oleh ustadz atau ustadzahnya ya itu yg salah..mondok karna Allah taala dan ibadah.

    ReplyDelete
  24. Saya sebagai anak yang sdh dipondokkan sedari kecil (smp), sangat setuju dengan tulisan diatas. Orang tua saya memondokkan saya di Pesantren yang sangat jauh dari rumah. Saat smp pastinya gadget dibatasi di pesantren, jadilah saya hampir tidak pernah menghubungi ortu. Saat liburan pun saya tidaj pulang ke rumah, saya pulang hanya ke rumah saudara yang dkt pesantren. Lambat laun, saya pun menjadi jauh dg ortu (dlm hal jarak dan psikologi). Saat saya pulang pun, saya merasa asing dengan rumah sendiri (khususnya lingkungan). Karena terlalu lama didaerah lain, teman-teman pun satu persatu hilang. Teman yang dipesantrenpun jauh, alhasil merasa kesepian. Saya sekarang sudah kuliah, tapi rasa trauma ditinggal, sendirian, dan juga perasaaan dibuang masih ada sampai sekarang. Meskipun kedok memondokkan itu karena 'sayang', saya rasa untuk anak-anak umur sekian masih belum bisa membedakkan. Saya sangat menyarankan "pondokkanlah anak-anak, ketika mereka memang sudah siap. Ceritakanlah konsekuensi serta manfaat yang akan mereka peroleh. Usahakan tidak memaksa anak-anak. Coba dengarkan pendapat dari sisi pemikiran anak-anak" . Terimakasih :)

    ReplyDelete
  25. Terus klw anak dirumah saja yang di pegang hp terus dengan alasan daring dll. Apakah itu jauh lebih aman di pondok atau di rumah...?terlebih saat ini musim pandemi hnya dirumah saja main hp terus.... Apakah ortu bisa mengawasi 24jam..?
    Klw di rasa pondok yg bagus adalah lepas sekolah dasar atau lepas smp ya

    ReplyDelete
  26. Saya sangat tertarik dengan tulisan ini, tulisan ini bagaikan diperkuat dengan berbagai hasil riset yang ilmiah. Bolehkah saya mendapat info sumber resmi yang dijadikan rujukan pada tulisan ini sehingga saya dapat menganalisis dan memperdalam kembali terkait hal ini? Syukron.

    ReplyDelete
  27. Saya tidak setuju dengan artikel ini masa pesantren dbilang ngebuang anak... Mohon menulis nya dipikirkan dulu jangan seenaknya. Semua tergantung kondisi masing2 mau anak SD atau SMP jika anaknya sudah siap itu rezeki bagi orang tuanya...

    ReplyDelete
  28. Saya setuju dengan penjelasan nya.. saya pengalaman dalam mengajar dan membimbing anak SD di pondok. dan yang saya lihat dan perhatikan memang anak usia di bawah 13 THN memang sangat butuh bimbingan .. bukan soal pinter agama dan hafal Qur'an nya tapi byk sisi negatif di balik semuanya yg harus di pertimbangkan sebelum memondokan anak ...

    ReplyDelete
  29. Sy yg gak dipondok tp dari kecil ditinggal kerja orang tua saja merasa kurang dekat gedenya sama ortu, apalagi yg di pondok dari kecil jauh dari ortu.

    Skrng sy sudah jadi ibu, sy berusaha jadi ibu yg selalu ada buat anak2, berusaha kasih dia kasih sayang ketika kecil, mendidik anak semampu sy dengan ilmu yg saya punya, dengan ikut kajian parenting yg skrng banyak di yutub, ikut kelas orang tua di wa. Mungkin jika sudah smp SMA sudah dikasih paham tentang sex education bab zina dll. Baru mungkin sy lepas ke ponpes untuk menimba ilmu lebih dalam.

    ReplyDelete